Ayam Bakar 17

Sabtu, 25 Juni 2011

Pentingnya Belajar Pertolongan Pertama untuk Orang Indonesia

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Posisi Indonesia di Ring of Fire berisiko terjadinya bencana seperti gempa, tsunami, banjir, kebakaran hutan.  Namun sangat disayangkan masyarakat awam di Indonesia tidak pernah siap menghadapi bencana baik bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Setelah terjadi bencana, tidak hanya kerugian materiil yang diperhatikan, tetapi tentunya juga nyawa yang menjadi korban. Harus disadari bahwa penanganan pertama korban bencana sangat bergantung dari tindakan yang dilakukan tim penyelamat di lapangan.

Dokter di rumah sakit sering mendapati korban diselamatkan dengan cara yang tidak benar yang justru memperburuk kondisi korban. Padahal yang sebenarnya beberapa korban dapat diselamatkan dengan tindakan yang sederhana.

Tim kesehatan pasti telah mempunyai anggota khusus terlatih untuk membantu korban bencana. Tetapi kedatangan mereka membutuhkan waktu. Di lain pihak, korban selamat sebenarnya dapat melakukan pertolongan pertama sesegera mungkin sebelum tim kesehatan datang.

Mungkin ini yang menjadi alasan setiap ada bencana di Indonesia, korban selalu lebih banyak dibandingkan dengan bencana yang serupa atau lebih besar yang terjadi di negara lain. Karena masyarakat tidak begitu memahami tentang pertolongan pertama.

Pertolongan pertama terhadap kegawatdaruratan tidak hanya berlaku untuk kondisi bencana. Pengetahuan ini sangat berguna pula apabila terjadi kecelakaan di jalan, adanya korban tenggelam, ledakan kompor gas, teman tiba-tiba pingsan, dan lain sebagainya.

Yang menjadi permasalahan adalah mahalnya pelatihan jenis ini. Padahal pelatihan ini sangat penting untuk diketahui untuk masyarakat umum. Dari hal ini mungkin bisa disarankan untuk diadakannya pelatihan kegawatdaruratan dasar untuk umum.

Topik pelatihan kegawatdaruratan juga telah didesain sedemikian rupa yang sangat mudah dimengerti, sehingga untuk diterapkan di bangku sekolah pun sesuai.

dr. M. Helmi, Sp.An., MSc.
PhD Research Fellow
Intensive Care Adults Erasmus MC, Kamer H602 's Gravendijkwal 230, 3015CE
Rotterdam, The Netherlands (Sumber: detik.com)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,

Andy
 

Jumat, 17 Juni 2011

Ayam untuk Junk Food Banyak Disuntik Antibiotik

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Hampir semua orang menyukai makanan junk food terutama ayam gorengnya yang renyah dan besar. Tapi masyarakat sebaiknya mulai membatasi diri dan berhati-hati, karena ayam junk food yang dijual bisa mengandung antibiotik.
"Makanan junk food seperti ayamnya itu dikasih antibiotik sebagai growth promotenya," ujar Prof Iwan Dwi Prahasto dalam acara jumpa pers seminar 'Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention' di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (7/4/2011).

Prof Iwan menuturkan sekitar 20-25 persen, antibiotik digunakan untuk binatang seperti ayam yang berfungsi sebagai growth promotenya dan antibiotik ini juga terdapat di dalam telur ayam. Padahal antibiotik adalah salah satu jenis obat yang digunakan untuk memerangi penyakit akibat bakteri.

"Jadi kalau seseorang makan ayam maka ia dengan tidak sadar mengonsumsi antibiotik secara gratis. Padahal penggunaan antibiotik untuk binatang ini tidak relevan," ujar Prof Iwan yang merupakan Guru Besar Farmakologi FK UGM ini.

Antibiotik ini tidak hanya berbahaya bagi binatang tersebut tapi juga pada orang yang makan daging atau telur hewan ternak yang diberi pakan antibiotik. Kondisi ini bisa memicu terjadinya resistensi terhadap antibiotik, karena semakin sering seseorang terpapar antibiotik maka akan semakin cepat pula terjadinya resistensi.

"Kalau tidak diperlukan maka antibiotik ini akan mengganggu bakteri normal yang ada di dalam tubuh manusia dan bisa menyebabkan bakteri baik ini berubah menjadi bakteri yang menyebabkan penyakit, sehingga orang tersebut menjadi gampang sakit," ungkapnya.

Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh dan bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bekteri yang kebal terhadap antibiotik.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada kuman sehingga nantinya membutuhkan antibiotik satu tingkat diatasnya yang tentu saja memiliki efek toksisitas yang lebih tinggi.

Di Eropa antibiotik telah dilarang digunakan untuk tambahan pakan ternak selama bertahun-tahun dan larangan serupa akan dilaksanakan di Korea Selatan tahun depan. (Sumber: detik.com)

Ternyata ayam kampung jauh lebih sehat ya.... :-)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,

Andy

Arsip Blog

Powered By Blogger
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger