Ayam Bakar 17

Senin, 18 Juli 2011

Tes untuk Mengetahui Ketergantungan Nikotin

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Salah satu zat kimia dalam rokok yang bisa membuat orang ketagihan atau adiksi adalah nikotin. Untuk mengetahui kadar ketergantungan terhadap nikotin bisa dilakukan melalui tes ini.
Nikotin dalam rokok memberikan efek euforia bagi perokok. Kondisi ini terjadi karena adanya hasil perubahan kimia dalam otak yang terjadi sejak 7 detik dari kepulan pertama asap rokok. Nikotin ini nantinya akan menempel pada reseptor di otak yang berfungsi mengatur pernapasan dan detak jantung.

"Nikotin akan terserap dalam darah dan diteruskan ke otak hingga menempel di reseptor alfa4beta2 yang menerima nikotin," ujar Dr Aulia Sani, SpJP(K), FJCC, FIHA, FAsCC dalam acara temu media Kalahkan Adiksi Nikotin Bersama Klinik berhenti Merokok di Sahid Sahirman Memorial Hospital, Rabu (13-7/2011).

Dr Aulia menuturkan kondisi ini akan melepaskan hormon dopamin yang menyebabkan rasa enak, nikmat dan nyaman. Ketika dopamin tersebut berkurang maka rasa nyaman akan hilang dan munculah keinginan untuk kembali merokok. Hal ini yang menyebabkab ketagihan atau craving yang makin lama jumlah nikotin yang dibutuhkan semakin besar.

"Perokok reguler akan memicu peningkatan jumlah reseptor alfa4beta2 sebanyak 300 persen, sehingga nantinya sensitifitas dari reseptor nikotin ini akan meningkat," ujar dokter yang berpraktek di Sahid Sahirman Memorial Hospital.

Untuk mengetahui seberapa besar ketergantungan seseorang terhadap nikotin bisa diketahui dengan tes berikut:
1. Berapa lama setelah bangun tidur Anda merokok?
Dalam waktu 5 menit (poin 3)
Dalam waktu 6-30 menit (poin 2)
Dalam waktu 30-60 menit (poin 1)
Dalam waktu lebih dari 60 menit (poin 0)

2. Apakah Anda mengalami kesulitan untuk menahan diri dari merokok di tempat-tempat yang dilarang?
Ya (poin 1)
Tidak (poin 0)

3. Kapan waktu merokok yang paling sulit ditinggalkan?
Pada pagi hari (poin 1)
Pada waktu lain (poin 0)

4. Berapa jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari?
10 batang atau kurang (poin 0)
11-20 batang (poin 1)
21-30 batang (poin 2)
31 atau lebih (poin 3)

5. Apakah Anda lebih banyak merokok setelah bangun tidur atau di waktu yang lain?
Ya (poin 1)
Tidak (poin 0)

6. Apakah Anda tetap merokok disaat tubuh sedang sakit atau bed rest?
Ya (poin 1)
Tidak (poin 0)

Nilai yang didapatkan mengindikasikan:
0-2 ketergantungannya sangat rendah
3-4 ketergantungannya rendah
5 ketergantungannya sedang
6-7 ketergantungannya tinggi
8-10 ketergantungannya sangat tinggi

Jika ketergantungan terhadap nikotinnya tinggi maka menunjukkan banyaknya jumlah nikotin yang diinginkan oleh tubuh agar bisa menimbulkan rasa nyaman dan nikmat. Sehingga nantinya semakin banyak jumlah rokok yang dibutuhkan agar bisa merasa nyaman dan nikmat.

"Semua jenis rokok sama bahayanya, kalau rokok tradisional hanya butuh satu batang agar kebutuhannya terpenuhi, maka rokok mild butuh lebih dari 3 batang untuk memenuhi kebutuhan nikotinnya. Jadi buat perokok tidak ada untungnya, justru perusahaan rokok yang untungnya lebih banyak," ujar dokter yang pernah menjabat sebagai Direktur RS Jantung Harapan Kita ini. (Sumber: detik.com)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,
 

SCP

Sabtu, 16 Juli 2011

Bau Kaki Dijadikan Perangkap Nyamuk Baru

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Nyamuk lebih banyak bekerja dengan indera penciuman ketimbang penglihatan. Karena itu, ilmuwan menjadikan bau kaki manusia sebagai umpan yang memikat untuk membuat perangkap nyamuk.
WHO melaporkan setiap tahun hampir 250 juta kasus baru Malaria terjadi dan hampir 800.000 orang meninggal karenanya, yang kebanyakan adalah anak di bawah usia 5 tahun dan wanita hamil.

Untuk itu, para ilmuwan di Tanzania sedang mengembangkan perangkap baru untuk memberantas nyamuk malaria dengan menggunakan bau kaki manusia sebagai pemikat agar mereka masuk.

Perangkap dianggap dapat menarik nyamuk hingga empat kali lipat lebih banyak, kemudian membunuh makhluk penghisap darah tersebut dengan dosis insektisida mematikan.

Dikombinasikan dengan penggunaan kelambu dan obat nyamuk, diharapkan cara ini dapat secara drastis mengurangi tingkat trasmisi malaria, yang merupakan salah satu pembunuh terbesar di negara berkembang.

Para ilmuwan awalnya menemukan ide ini setelah melihat bagaimana nyamuk tertarik pada bau kaus kaki.

Kemudian ilmuwan membujuk sejumlah relawan untuk menyumbangkan kaus kakinya yang telah dipakai setidaknya selama sepuluh jam. Ilmuwan kemudian menempatkan kaus kaki di dalam kanvas dan kotak kayu dilengkapi tirai insektisida yang digantung di luar rumah-rumah penduduk di pedesaan tenggara Tanzania.

"Nyamuk bekerja melalui penciuman daripada penglihatan sehingga tidak bisa membedakan antara perangkap dan manusia nyata sebelum terlambat," ujar Dr Fredros Okumu, pemimpin proyek, seperti dilansir dari Telegraph, Kamis (14/7/2011).

Menurutnya, dalam upaya mendapatkan darah sekitar 74-95 persen nyamuk akan masuk perangkap dan terbunuh.

"Kami berharap ini akan menjadi tambahan yang berharga dan signifikan untuk mengendalikan penyebaran malaria," jelas Dr Okumu.

Para ilmuwan sendiri sekarang ingin menetapkan apakah kaus kaki asli (dengan bau kaki manusia) atau versi bau sintetis yang akan bekerja lebih baik. Ilmuwan juga berencana menyederhanakan perangkat ini untuk dibuat dan dijual ke warga desa sendiri. (Sumber: detik.com)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,
 

SCP

Jumat, 15 Juli 2011

Berhentilah Merokok Meski Usia Sudah Sangat Sepuh

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Sebagian besar orang beranggapan berhenti merokok di usia tua tidak ada manfaatnya. Apalagi banyak yang berpikiran tidak perlu berhenti merokok di usia karena sebentar lagi juga akan menghadap sang pencipta. Pemikiran seperti ini adalah salah, karena berhenti merokok di usia berapa pun tetap menguntungkan.
"Berhenti merokok pada usia berapa pun tetap bisa meningkatkan harapan hidup seseorang, meski ia sudah berusia 90 tahun (sangat sepuh) tetap saja berhenti merokok itu menguntungkan," ujar Dr Aulia Sani, SpJP(K), FJCC, FIHA, FAsCC dalam acara temu media Kalahkan Adiksi Nikotin Bersama Klinik berhenti Merokok di Sahid Sahirman Memorial Hospital, Rabu (13-7/2011).

Dr Aulia menuturkan semakin cepat seseorang berhenti merokok, maka keuntungan yang didapatnya akan lebih besar, misalnya batuk menjadi hilang, akan lebih produktif dalam bekerja dan juga meningkatkan kualitas hidupnya.

Selain itu dengan berhenti merokok juga bisa menunda atau menghentikan kematian. Diketahui mengurangi kolesterol bisa menunda atau menghindari hingga 4.710 kematian, mengurangi tekanan darah bisa menunda atau menghindari hingga 7.235, sedangkan berhenti merokok bisa menunda atau menghentikan hingga 24.680 kematian.

"Hal ini karena merokok adalah penyebab penyakit dan kematian utama yang bisa dicegah, karenanya berhenti merokok bisa menghentikan kematian lebih besar," ujar dokter yang lahir di Bagan Siapi-api 65 tahun silam.

Sementara itu Dr Sylvia D Elvira, SpKJ(K) menuturkan motivasi yang kuat dan ingat akan tujuan yang ingin dicapainya merupakan dua hal penting dalam menentukan keberhasilan seseorang untuk berhenti merokok.

"Jika ingin berhenti merokok tapi lingkungan masih penuh dengan rokok, maka kuatkan motivasi yang dimiliki dan ingatkan terus akan tujuannya berhenti merokok," ujar dokter yang berpraktek di Sahid Sahirman Memorial Hospital, Jakarta.

Dr Sylvia menambahkan orang yang ingin berhenti merokok diharapkan belajar untuk tidak mudah terpengaruh, meskipun lingkungan mengejeknya tapi kuatkan diri untuk mengatakan 'Tidak, Aku mau berhenti merokok'.

Klinik Stop Merokok

Saat ini belum banyak rumah sakit yang memiliki klinik khusus untuk membantu seseorang berhenti merokok, salah satunya terdapat di Sahid Sahirman Memorial Hospital. Klinik ini didirikan karena berdasarkan hasil medical chek up terhadap 2.654 diketahui bahwa 31 persen orang merokok dan 94 persen diantaranya memiliki penyakit kronis.

"Salah satu saran yang diberikan untuk karyawan yang merokok dan memiliki penyakit kronis adalah berhenti merokok. Untuk berhenti merokok diperlukan terapi menyeluruh dan selektif," ujar dr Harry A Alamudin, MA selaku Direktur Medis SSMH.

Di klinik ini nantinya peserta akan mendapatkan terapi farmakologis (pemberian obat) dan juga non-farmakologis (konseling dengan dokter, sharing dengan peserta lainnya dan juga konseling melalui telepon).

Program berhenti merokok ini meliputi 4 kali konseling dengan dokter, 3 kali konseling dengan psikiater, terapi obat, sesi sharing yang melibatkan seluruh peserta, motivator dan dokter yang bersangkutan. Untuk mengikuti program berhenti merokok ini peserta dikenai biaya sebesar Rp 3.718.000 dan berlangsung selama 3 bulan. (Sumber: detik.com)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,
 

SCP

Kamis, 14 Juli 2011

'Dosa Besar Jika Puyer Bayi Dicampur Antibiotik'

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Obat bayi umumnya diberikan dalam bentuk puyer yang mengandung beberapa jenis obat, salah satunya adalah antibiotik. Padahal antibiotik tidak boleh dicampurkan dengan obat lain.
"Obat antibiotik tidak boleh dicampur di dalam obat puyer dan harus terpisah, dosa besar itu,"  ujar Prof Iwan Dwi Prahasto dalam acara jumpa pers seminar 'Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention' di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (7/4/2011).

Prof Iwan menuturkan sekitar 47-68 persen antibiotik dicampur dengan obat lainnya dalam bentuk puyer. Kondisi ini masih ditemukan di pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas, dokter praktek swasta dan juga klinik.

"Dalam obat puyer tersebut biasanya antibiotik dicampur dengan obat analtetik atau analgesik lainnya," imbuh Prof Iwan.

Prof Iwan menyarankan masyarakat agar jangan mau diresepkan obat puyer, kalau pun harus menggunakan obat puyer tanyakan apakah mengandung antibiotik atau tidak serta lebih baik menghancurkannya sendiri.

Antibiotik seharusnya dikonsumsi sampai habis, tapi jika dicampur bersama dengan obat lain dalam bentuk puyer maka pemberian obat akan dihentikan saat gejalanya sudah hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotik tidak dikonsumsi dengan tepat dan dapat memicu terjadinya resistensi.

Hal-hal lain yang menjadi masalah dalam obat puyer adalah kebersihan (apakah menggunakan masker dan sarung tangan saat meracik), dosis yang umumnya tidak sama tiap bungkus, homogenitas, higroskopis, penyerapan obat yang berbeda di dalam lambung, keterampilan serta interaksi antar obat.

Prof Iwan menuturkan interaksi antar obat bisa bermacam-macam seperti saling menguatkan, kadar obat lain ditekan, pengobatan menjadi tidak efektif, pengobatan menjadi beracun hingga kegagalan pengobatan.

Antibiotik banyak diberikan untuk diare dan ISPA

Berdasarkan studi yang dilakukan tahun 2004 oleh UGM dan juga Bank Dunia terhadap 5 provinsi di Indonesia yaitu Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat dan Jawa Timur menemukan bahwa 87 persen pasien diare diberikan antibiotik dan 92-94 persen pasien ISPA diberikan antibiotik.

Rata-rata masyarakat hanya mengonsumsi antibiotik selama 1,2-2,7 hari. Kondisi ini ditemukan pada layanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, dokter swasta dan juga klinik.

"Hal ini berarti sudah tidak tepat, pasien juga tidak mengonsumsinya dengan benar," ujarnya.

Prof Iwan menuturkan saat ini jika seseorang memiliki demam, batuk, pilek langsung dikasih antibiotik tanpa melihat mikrobanya, padahal antibiotik harus diberikan sesuai dengan bakteri yang menjadi penyebab penyakit tersebut.

"Masyarakat sebaiknya secara sadar untuk tidak membeli obat atau mengobati diri sendiri dan menanyakan setiap jenis obat yang diterimanya. Pada umumnya pilek, batuk dan diare tidak perlu antibiotik," ujar Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DrPH .

Untuk mengendalikan penggunaan antibiotik yang tidak rasional ini telah diluncurkan buku Panduan Penggunaan Antibiotik untuk Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan. (Sumber: detik.com)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,
 

SCP

Sabtu, 25 Juni 2011

Pentingnya Belajar Pertolongan Pertama untuk Orang Indonesia

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Posisi Indonesia di Ring of Fire berisiko terjadinya bencana seperti gempa, tsunami, banjir, kebakaran hutan.  Namun sangat disayangkan masyarakat awam di Indonesia tidak pernah siap menghadapi bencana baik bencana alam maupun bencana yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.
Setelah terjadi bencana, tidak hanya kerugian materiil yang diperhatikan, tetapi tentunya juga nyawa yang menjadi korban. Harus disadari bahwa penanganan pertama korban bencana sangat bergantung dari tindakan yang dilakukan tim penyelamat di lapangan.

Dokter di rumah sakit sering mendapati korban diselamatkan dengan cara yang tidak benar yang justru memperburuk kondisi korban. Padahal yang sebenarnya beberapa korban dapat diselamatkan dengan tindakan yang sederhana.

Tim kesehatan pasti telah mempunyai anggota khusus terlatih untuk membantu korban bencana. Tetapi kedatangan mereka membutuhkan waktu. Di lain pihak, korban selamat sebenarnya dapat melakukan pertolongan pertama sesegera mungkin sebelum tim kesehatan datang.

Mungkin ini yang menjadi alasan setiap ada bencana di Indonesia, korban selalu lebih banyak dibandingkan dengan bencana yang serupa atau lebih besar yang terjadi di negara lain. Karena masyarakat tidak begitu memahami tentang pertolongan pertama.

Pertolongan pertama terhadap kegawatdaruratan tidak hanya berlaku untuk kondisi bencana. Pengetahuan ini sangat berguna pula apabila terjadi kecelakaan di jalan, adanya korban tenggelam, ledakan kompor gas, teman tiba-tiba pingsan, dan lain sebagainya.

Yang menjadi permasalahan adalah mahalnya pelatihan jenis ini. Padahal pelatihan ini sangat penting untuk diketahui untuk masyarakat umum. Dari hal ini mungkin bisa disarankan untuk diadakannya pelatihan kegawatdaruratan dasar untuk umum.

Topik pelatihan kegawatdaruratan juga telah didesain sedemikian rupa yang sangat mudah dimengerti, sehingga untuk diterapkan di bangku sekolah pun sesuai.

dr. M. Helmi, Sp.An., MSc.
PhD Research Fellow
Intensive Care Adults Erasmus MC, Kamer H602 's Gravendijkwal 230, 3015CE
Rotterdam, The Netherlands (Sumber: detik.com)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,

Andy
 

Jumat, 17 Juni 2011

Ayam untuk Junk Food Banyak Disuntik Antibiotik

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua....

Hampir semua orang menyukai makanan junk food terutama ayam gorengnya yang renyah dan besar. Tapi masyarakat sebaiknya mulai membatasi diri dan berhati-hati, karena ayam junk food yang dijual bisa mengandung antibiotik.
"Makanan junk food seperti ayamnya itu dikasih antibiotik sebagai growth promotenya," ujar Prof Iwan Dwi Prahasto dalam acara jumpa pers seminar 'Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention' di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (7/4/2011).

Prof Iwan menuturkan sekitar 20-25 persen, antibiotik digunakan untuk binatang seperti ayam yang berfungsi sebagai growth promotenya dan antibiotik ini juga terdapat di dalam telur ayam. Padahal antibiotik adalah salah satu jenis obat yang digunakan untuk memerangi penyakit akibat bakteri.

"Jadi kalau seseorang makan ayam maka ia dengan tidak sadar mengonsumsi antibiotik secara gratis. Padahal penggunaan antibiotik untuk binatang ini tidak relevan," ujar Prof Iwan yang merupakan Guru Besar Farmakologi FK UGM ini.

Antibiotik ini tidak hanya berbahaya bagi binatang tersebut tapi juga pada orang yang makan daging atau telur hewan ternak yang diberi pakan antibiotik. Kondisi ini bisa memicu terjadinya resistensi terhadap antibiotik, karena semakin sering seseorang terpapar antibiotik maka akan semakin cepat pula terjadinya resistensi.

"Kalau tidak diperlukan maka antibiotik ini akan mengganggu bakteri normal yang ada di dalam tubuh manusia dan bisa menyebabkan bakteri baik ini berubah menjadi bakteri yang menyebabkan penyakit, sehingga orang tersebut menjadi gampang sakit," ungkapnya.

Setiap kali seseorang mengonsumsi antibiotik, maka bakteri yang sensitif akan terbunuh dan bakteri yang kebal akan terus hidup, tumbuh dan berkembang biak. Penggunaan antibiotik yang berulang-ulang dan tidak tepat adalah penyebab utama peningkatan jumlah bekteri yang kebal terhadap antibiotik.

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat bisa menyebabkan terjadinya kekebalan pada kuman sehingga nantinya membutuhkan antibiotik satu tingkat diatasnya yang tentu saja memiliki efek toksisitas yang lebih tinggi.

Di Eropa antibiotik telah dilarang digunakan untuk tambahan pakan ternak selama bertahun-tahun dan larangan serupa akan dilaksanakan di Korea Selatan tahun depan. (Sumber: detik.com)

Ternyata ayam kampung jauh lebih sehat ya.... :-)

Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.

Salam,

Andy

Arsip Blog

Powered By Blogger
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger