Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua...
Pagi tadi setelah bangun tidur saya siap-siap mengantar istri yang ada rencana ketemu sahabat di wonokromo, berhenti di perempatan jalan ada penjual koran yang menenteng dagangannya. Melihat gambar di headline salah satu terbitan nasional, saya tertarik untuk beli. Koran Jawa Pos sudah ditangan, saya lihat ada beberapa gambar foto wasit sepakbola dikeroyok beberapa pemain.
Budaya kekerasan dalam olahraga khususnya sepakbola di tanah air seakan tak pernah berhenti, berbagai kasus kekerasan baik yang melibatkan pemain, ofisial, dan supporter selalu saja membayangi di setiap pertandingan sepakbola. Di luar negeri, beberapa hari kemarin juga terjadi aksi kekerasan supporter di Italia saat tuan rumah menghadapi kesebelasan nasional Serbia. Apa bedanya dengan aksi kekerasan di dalam negeri? Jawabnya adalah penyelesaiannya! Kalau di luar negeri begitu terjadi aksi kekerasan langsung diproses baik secara hukum maupun melalui dewan kedisiplinan penyelenggara pertandingan. Sedangkan di dalam negeri... seakan-akan dibiarkan.
Kasus perusakan yang beberapa waktu lalu melibatkan supporter Persebaya maupun Arema apakah ada yang diproses? Sanksinya pun sangat ringan, tidak boleh membawa atribut klub pada saat menonton pertandingan. Meskipun terjadi aksi anarkis dan kriminal, apakah ada yg dipidana? Inilah wajah persepakbolaan kita. Puluhan tahun sepakbola kita diwarnai aksi kekerasan tapi tidak pernah introspeksi dan tidak terlihat ada perbaikan sistem dan strategi penyelenggaran agar kompetisi berlangsung sehat dan fair tanpa aksi kekerasan, kalaupun terjadi ada penyelesaian yang baik.
Bukan berarti ketua umum PSSI yang merupakan mantan narapidana tersebut membudayakan premanisme di lapangan sepakbola kan? Maju terus sepakbola Indonesia!
Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.
Salam,
Andy
0 komentar:
Posting Komentar