Ayam Bakar 17

Selasa, 05 Oktober 2010

Rock Metal vs Campursari

Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua...

Bangun tidur langsung teringat kejadian tadi malam, janjian ketemu sahabat yang tinggal di Tenggilis Surabaya. Sampai di rumahnya sekitar setengah delapan malam. Karena sudah kenal cukup lama, begitu ketemu langsung ngobrol ngalor-ngidul. Tiba-tiba sahabat saya melihat jam tangan, "Waduh sorry, saya ada janji dengan teman-teman di pujasera... yuk ikut aja bentar kok, saya kebetulan diberi amanat oleh yang punya tempat sebagai pengelola yang mengkoordinir pedagang disana," tanpa membantah saya ikuti dia melangkah dan naik sepeda motornya, tidak sampai lima menit sudah sampai di pujasera yang lokasinya tak jauh dari rumah sahabat saya itu.


Sekitar sepuluh orang peserta rapat yang notabene pedagang makanan dan minumam di pujasera tersebut ternyata sudah berkumpul di mushola kecil tepat di pojok lokasi pujasera. Tanpa banyak basa-basi  pembukaan seperti di acara-acara resmi, sahabat saya memulai rapat langsung ke pokok agenda yaitu pengaruh konser musik bagi tenant atau pedagang. Salah satu peserta rapat penjual nasi goreng yang posisi tempat usahanya didepan bicara terus terang bahwa pendapatannya berkurang drastis pada waktu konser berlangsung. Seperti tanpa moderator, peserta rapat yang sehari-hari buka coffeshop menimpali, "Konser ini tujuannya untuk promo agar pujasera ini semakin ramai," terdengar suara bisik-bisik diluar mushola dan kemudian terdengar peserta rapat yang biasa menjual seafood bicara, "Kalau memang untuk promosi, sudah dua bulan sejak konser yang pertama kok tidak ada perubahan? Trus, kenapa musiknya rock metal seperti itu? Kenapa tidak campursari kan lebih cocok dengan selera pelanggan saya yang rata-rata sudah sepuh". Sahabat saya sebagai moderator berbicara dan mencoba untuk mengatur alur diskusi, "Begini saja, supaya lebih terbuka... sebenarnya apakah konser ini benar-benar bermanfaat atau kalaupun merugikan, berapa kira-kira kerugiannya?" Peserta rapat yang punya coffeshop berkata, "Terus terang tiap saya mengadakan konser... saya juga rugi karena tidak ada tempat untuk jualan, tapi saya berpikir ini kan untuk jangka panjang. Kenapa musiknya rock metal ya karena pelanggan saya rata-rata anak-anak muda yg suka musik itu."

Penjual nasi goreng kelihatan sudah tak tahan ingin bicara, "Pada waktu konser saya selalu rugi, dagangan tidak terjual padahal tahu sendiri... nasi dan sayur-sayuran tidak bisa tahan lama. Gak masalah kalau konser tetap diadakan tapi ada ganti rugi karena saya juga harus bayar karyawan tiga orang dan sewa tempat." Peserta rapat yang biasa berjualan ikan bakar yang sebelumnya tampak diam saja, angkat bicara, "saya tidak masalah dengan konser asalkan tidak merugikan pedagang, bagaimana kalau diatur mengenai tempat parkirnya sehingga pedagang masih bisa berjualan dan apakah pihak penyelenggara konser bersedia memberikan ganti rugi kepada pedagang yang bersedia tutup pada waktu konser?" yang langsung ditimpali oleh pemilik coffeshop, "Gak masalah, saya bersedia memberikan ganti rugi... " jawab pemilik coffeshop sebagai pihak penyelenggara konser.

Sahabat saya bertanya kepada penjual nasi goreng, "Berapa pak ganti rugi yang diminta." dengan tegas penjual nasi goreng menjawab, "Saya bersedia tidak jualan kalau diberi tiga ratus ribu rupiah." Peserta rapat langsung terdiam... termasuk pemilik coffeshop yang tak menyangka besarnya ganti rugi yang diminta, saya sendiri tidak mengira bahwa angkanya setinggi itu. Akhirnya pemilik coffeshop berujar, "Kalau segitu ya saya gak bisa.... " Moderator rapat yang melihat tidak ada titik temu akhirnya memberikan pilihan bagaimana kalau konser diadakan sebulan sekali pada pagi sampai sore hari ya maksimal maghrib dan akhirnya semua peserta menyetujuinya dan rapat ditutup.

Ketika di perjalanan kembali ke rumah sahabat saya... saya bertanya, "Tadi itu tiga ratus ribu omsetnya per hari ya?" "Bukannnn... itu keuntungan bersihnya penjual nasi goreng, dalam sehari minimal dia meraih omset sekitar satu juta rupiah dikurangi bahan baku dan biaya operasional kira-kira net profitnya segitu... tiga ratus ribu rupiah."

Dalam hati saya berhitung, kalau sehari tiga ratus ribu dalam sebulan jualan nasi goreng minimal profit sembilan juta rupiah... selera boleh campursari tapi pendapatannya... wow setara dengan gaji eksekutif atau junior manager yang berdasi duduk di kantor ya?

Semoga para sahabat juga bisa merasakan nikmatnya pagi ini...

Salam,

Andy

0 komentar:

Posting Komentar

Arsip Blog

Powered By Blogger
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Powered by Blogger