Selamat pagi sahabat, selamat pagi dunia, selamat pagi semua...
Membaca koran Jawa Pos hari ini pada halaman dua, ada title yang cukup menarik "SBY minta menteri rangkul pers". Pada saat menerima kunjungan pengurus baru dewan pers di kantor Presiden, SBY menyampaikan bahwa penilaian miring banyak pihak terhadap kinerja pemerintahan lebih disebabkan capaian keberhasilan yang tidak terkomunikasikan dengan baik. Kedepan, presiden meminta para menteri tidak pelit bicara kepada pers.
Menurut saya statemen ini justru kontra produktif, SBY seakan menegaskan bahwa politik pencitraan yang selama ini dia jalankan harus diikuti oleh menteri-menterinya. Seperti komentar seorang peneliti LSI (Lembaga Survei Indonesia) Burhanudin Muhtadi, dorongan untuk lebih meningkatkan komunikasi ke publik tersebut jangan sampai menjebak menteri kepada pencitraan politik semata. Apalagi pencitraan yang tidak berdasar capaian konkrit. Menurutnya, model komunikasi politik semacam itu justru hanya akan makin memperparah ketidakpercayaan publik terhadap pemerintah, pencitraan yang gagal memunculkan trust akan sangat berbahaya... seperti akhir-akhir ini pencitraan SBY cenderung melemah, "SBY dianggap lebih banyak berpuisi daripada berprosa," pungkas Burhan (sumber: JP 23Okt2010).
Harusnya di negeri ini lebih baik dikembangkan budaya politik malu daripada politik pencitraan, kalau memang merasa tidak berhasil harusnya malu dan mengundurkan diri dengan sukarela. Pasti akan mendapatkan banyak simpati dari masyarakat daripada banyak ngomong ke pers untuk menutupi ketidakberhasilan tapi tidak ada bukti konkrit.
Daripada baca puisi mending nyanyi jingle kampanye indomie saja Pak Presiden.... agar indomie tidak lagi dicekal negara lain... :-)
Semoga para sahabat bisa menikmati pagi ini.
Salam,
Andy
0 komentar:
Posting Komentar